12 Perguruan Tinggi Eropa dan Indonesia mengadakan pertemuan yang bertujuan membentuk konsorsium tanggap bencana yang dinamakan dengan proyek “Building Universitas in Leading Disaster Resilience” (BUILD) di Yogyakarta pada Senin 2 Desember 2019.
Perguruan tinggi yang terlibat antara lain, University of Gloucestershire (UOG), United Kingdom; Kobenhavns Professionshojskole (KP), Denmark; Hafelekar (HAF), Austria; Instituto Politecnico do Porto (IPP), Portugal; President University (PRU); Universitas Andalas (UAN); Khairun University (KHU); Universitas Ahmad Dahlan (UAD); Universitas Islam Indonesia (UII); Universitas Muhammadiyah (UM) Palu; Universitas Lambung Mangkurat (ULM); dan University of Surabaya (Ubaya).
Ubaya sendiri diwakili oleh Prof. Joniarto Parung (Teknik Industri) dan Dr. Delta Ardy Prima. Prof. Joniarto Parung dan beberapa Dosen Teknik Industri juga sedang berkecimpung dalam rantai pasok dan aplikasi logistik dalam penanggulangan bencana di Indonesia.
Wakil Rektor bidang Kemitraan dan Kewirausahaan UII, Wiryono Raharjo mengatakan, konsorsium ini perlu dibentuk karena Indonesia memiliki kerentanan terhadap bencana dengan karakter berbeda-beda di setiap daerah. Konsorsium ini akan menguatkan jaringan antaruniversitas untuk saling belajar dan berbagi terkait kebencanaan serta penguatan kapasitas universitas dalam tim kerja untuk menangani kebencanaan.
“Konsorsium ini akan berjalan tiga tahun ke depan, 2019-2022 dengan dana sekitar 1 juta Euro dari Erasmus+, lembaga yang didukung Uni Eropa,” kata Wiryono, Senin (2/12/2019).
Nadine Sulkowski dari University of Gloucestershire Inggris sebagai ketua Build mengatakan, Build tidak hanya fokus penanganan bencana, tetapi juga melakukan penelitian bencana dan pendidikan tanggap bencana. Universitas akan memiliki kapasitas dalam menangani kebencanaan dengan kependidikan, misal pentingnya kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan kebencanaan sehingga menumbuhkan kesadaran akan adanya bencana.
“Selain itu, melalui konsorsium Build, bisa saling berbagi informasi terkait kebencanaan. Bagaimana informasi itu bisa dibagi dengan cepat antaruniversitas sehingga bisa memberikan masukan ke pemerintah,” katanya.
Ida Puspita, perwakilan Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD menambahkan, kampusnya telah memiliki pengalaman penanganan bencana. Di antaranya, mencetak dokter tanggap bencana, trauma healing, dan simulasi penanggulangan bencana. “Upaya ini dimaksudkan agar mahasiswa dan masyarakat bisa berteman dengan bencana. Sehingga mereka tidak takut jika terjadi bencana,” katanya.
Sumber berita asli : https://jateng.sindonews.com/read/11916/1/12-kampus-eropa-dan-indonesia-bentuk-konsorsium-tanggap-bencana-1575292342