Kesadaran akan pengetahuan dan praktik tanggap bencana kepada masyarakat perlu dilaksanakan agar masyarakat dapat merespon bencana dengan cepat dan tepat. Respon yang tepat dapat membantu mengurangi dampak bencana, salah satunya adalah mengurangi penderitaan korban bencana. Kewajiban Tri Dharma dalam Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat, dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat tanggap bencana.
Universitas Surabaya sebagai salah satu dari 11 universitas nasional di Indonesia yang bekerja sama dengan 4 universitas asing membentuk konsorsium Building Universities in Leading Disaster Resilience (BUiLD) yang didukung dan dibiayai oleh Erasmus+ dan Uni Eropa. Universitas yang terlibat adalah Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta), Universitas Ahmad Dahlan (Yogyakarta), President University (Jakarta), Universitas Surabaya (Surabaya), Universitas Khairun (Ternate), Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin), Universitas Muhammadiyah Palu (Palu), Universitas Andalas (Padang), University of Gloucestershire (UK), Hafelekar (Austria), University College Copenhagen (Denmark), Institute Polytechnic Porto (Portugal). Implementasi projek dari BUiLD yang sedang berlangsung hingga saat ini adalah tata kelola universitas untuk ketahanan bencana, kemampuan respons dan pemulihan bencana, pelatihan kesadaran akan bencana, pengembangan kurikulum pendidikan terkait disaster, pembangunan pusat keunggulan dalam ketahanan bencana, melakukan transfer pengetahuan, riset, dan inovasi melalui jaringan ketahanan bencana BUiLD, serta penggalangan dana.
Pada Rabu, 10 Mei 2023 bertempat di President University Jakarta, Project Lead Erasmus+BUiLD Resilience Nadine Sulkowski pada konferensi BUiLD 2023 mengembangkan gagasan antara lain pembentukan Center of Excellence on Disaster Resilience (Pusat Keunggulan Penanggulangan Bencana), pengembangan kurikulum pendidikan terkait disaster untuk semua jenjang pendidikan, mengedukasi masyarakat termasuk instansi perguruan tinggi terkait tanggap darurat bencana, dan melakukan transfer pengetahuan, riset, dan inovasi melalui jaringan ketahanan bencana BUiLD. Dalam proses pengembangan kurikulum, dikembangkan modul dan pembuatan virtual reality yang nantinya akan dikenalkan dan dilatihkan ke masyarakat.
Hasil akhir dari Project Lead tersebut dievaluasi dimana semua perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium BUiLD sudah membentuk Center of Disaster Management. UBAYA sendiri menyatakan sudah siap dari segi peralatan, tempat, dan anggota yang tergabung sudah siap. Namun anggota yang tergabung masih belum disahkan sehingga masih berstatus volunteer. “Namun volunteer tersebut didukung oleh Universitas Surabaya melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM UBAYA)”, ujar Prof. Ir. Joniarto Parung M.M.B.A.T., Ph.D., IPU selaku ketua BUiLD Project UBAYA. Penelitian terkait disaster masih berlanjut meskipun project lead sudah berakhir, di mana terdapat pertemuan rapat melalui zoom antar negara yang diadakan 2 minggu sekali. Untuk kedepannya, akan dilakukan pengembangan dari proyek selanjunya yaitu Perkumpulan Masyarakat Tangguh Tanggap Bencana (Matta Bencana).