GPT yang merupakan singkatan dari Generative Pre-trained Transformer kini bukan hanya menjadi prototype namun digunakan secara luas oleh masyarakat untuk menunjang kinerjanya. Dunia akademisipun terdampak dengan penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) ini. Mahasiswa menggunakannya untuk menyelesaikan asesmen mata kuliah, misalnya untuk membuat esai atau menjawab pertanyaan ujian jika dilakukan online. Dosen memanfaatkan untuk mengetahui ringkasan literatur yang akan menjadi referensi karya ilmiahnya. Pemanfaatannya bagai pisau bermata dua, terdapat sisi yang mengupas dalamnya ilmu pengetahuan, namun ada juga yang mengiris etika akademisi dengan maraknya kasus joki dan plagiasi menggunakan AI.
Hal tersebut terjadi karena GPT merupakan temuan yang disebarkan ke masyarakat yang masih belum paham pemanfaatan yang etis seperti apa. Mahasiswa misalnya, belum tahu GPT boleh digunakan untuk lingkup yang seperti apa. GPT yang canggih, memungkinkan terjadinya kecurangan yang canggih juga, berubah bentuk dari deskripsi kecurangan konvensional yang selama ini disampaikan. Tulisan ini, yang dibantu GPT juga dalam menyusun poin per paragrafnya, akan menjelaskan bagaimana penggunaan GPT yang sesuai etika akademisi dan lebih memberikan dampak positif.
Gambar 1. Perusahaan berbasis AI, yaitu iFLYTEK Co., Ltd di Suzhou, China mengembangkan program untuk memahami jawaban termasuk dalam bentuk tulisan tangan, kemudian memberikan penilaian dan saran perbaikan
Sebelumnya perlu kita ketahui dulu cara kerja GPT. GPT menggunakan model pembelajaran mesin berbasis Transformer yang dilatih dengan sejumlah besar data teks. Model ini belajar dari pola dalam data untuk memahami konteks dan makna teks. Pola yang dimaksud seperti urutan teks yang panjang dan memahami hubungan antara kata-kata dalam konteks. Model dilatih pada dataset besar dari teks umum (misalnya, buku, artikel, dan konten internet), kemudian model akan menggunakan dataset yang lebih spesifik untuk tugas tertentu, seperti menjawab pertanyaan, menulis esai, atau menerjemahkan bahasa. Terkait penggunaan AI dalam GPT, terdapat teknik Natural Language Program (NLP) yang bertugas memahami dan menghasilkan teks yang alami dan koheren. Itulah sebabnya bahasa yang digunakan seperti manusia yang dapat menyusun kata-kata bermakna dalam sebuah kalimat.
Masalah yang muncul dalam penggunaan GPT di dunia akademis terutama adalah masalah plagiarisme. Mahasiswa dapat menyalin teks atau menghasilkan karya ilmiah tanpa memahami apa yang dituliskan. Dampak lainnya adalah menurunnya ketrampilan berpikir kritis dan analitis, meramu pengetahuan dan menyajikannya dalam bentuk tulisan (termasuk visualisasi data), dan memastikan datanya akurat dan terbaru. Belum lagi jika GPT digunakan untuk membuat keputusan berdasarkan suatu kondisi yang disampaikan oleh manusia. GPT tidak memiliki hati nurani alami, moralitasnya berdasarkan kebiasaan manusia yang dia pelajari.
Namun tidak ada masalah tanpa solusi. Kita dapat menggunakan teknologi juga untuk mendeteksi plagiarisme yang lebih canggih. Sebagai usaha pencegahan, dosen dapat selalu menekankan pentingnya memahami materi dan memiliki ketrampilan menulis. Dosen dapat melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dengan cara memberikan tugas untuk dianalisis secara mendalam dan diskusi kelompok untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi menyampaikan pendapat. Mahasiswa dilatih untuk memverifikasi informasi yang mereka dapatkan dari sumber terpercaya sehingga GPT hanya berfungsi sebagai pengumpul informasi, bukan penyuplai informasi. Yang terpenting adalah GPT hadir bukan sebagai pemeran utama yang menyelesaikan keseluruhan asesmen untuk capaian pembelajaran mata kuliah, tetapi sifatnya membantu. Misalnya GPT dapat memberikan ide, struktur, dan saran penyusunan esai atau laporan akademis. GPT bisa memperbaiki tata bahasa, ejaan, dan kejelasan tulisan, baik untuk tugas mahasiswa maupun publikasi dosen. GPT mempersingkat proses pencarian informasi yang relevan dan merangkum literatur yang kompleks. Mulai GPT 4.0, GPT dapat memberikan saran referensi atau literatur terkait topik penelitian tertentu yang berasal dari internet. Terkait persiapan ujian, GPT dapat berfungsi sebagai tutor virtual yang membantu menjawab pertanyaan terkait materi kuliah atau konsep yang sulit dipahami. GPT juga membantu dalam proses penyelesaian tugas akhir dengan memberikan saran topik penelitian atau proyek inovatif yang dapat dieksplorasi oleh mahasiswa dan dosen. Untuk memahami data, GPT dapat menginterpretasikan data hasil penelitian dan menyarankan visualisasi data yang tepat. Harapannya dengan menyerahkan sebagian proses kepada GPT, karya ilmiah yang dihasilkan dapat lebih berkualitas, menginspirasi pengembangan pengetahuan, dan meningkatkan daya kreasi dan inovasi yang dilakukan civitas academia. @IH