Benedict Wermter, atau yang biasa dikenal dengan Bule Sampah, adalah sosok yang sangat peduli dengan Indonesia. Bapak Benny, begitu beliau biasa dipanggil, berasal dari Jerman, tetapi sudah lama tinggal di Indonesia, karena istrinya berasal dari Indonesia. Ia dikenal sebagai Bule Sampah karena kepeduliannya terhadap lingkungan, khususnya masalah sampah di Indonesia. Pak Benny juga tidak keberatan dipanggil bule sampah. “Mungkin banyak orang Indonesia beranggapan panggilan bule sampah adalah hal negatif. Tetapi bagi saya sampah merupakan hal yang sangat penting dan mempengaruhi kehidupan,” ungkapnya.
Pada hari Kamis tanggal 11 Oktober 2024, Program Studi (Prodi) Teknik Industri (TI) Universitas Surabaya (UBAYA) mengundang Pak Benny sebagai narasumber di acara Praktisi Mengajar dan Workshop dengan tema “Fostering Eco-Friendly Habits through Educational Apps”. Acara tersebut diadakan di BB 06.01 gedung Fakultas Teknologi Pangan dan Bioteknologi (FTB) dan dihadiri oleh mahasiswa dan dosen dari Prodi TI dan Akuntansi UBAYA. Pak Benny mengawali acara dengan memperkenalkan tim dan yayasan yang ia bangun, yaitu Yayasan Veritas Edukasi Lingkungan (VEL) yang berpusat di Jl. Raya Tenggilis No.34C, Kendangsari, Kec. Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Jawa Timur. Di acara ini, Pak Benny datang dengan ketujuh orang staf Yayasan VEL.
Bagi Pak Benny, Indonesia adalah salah satu negara tercantik di dunia, tetapi sayangnya masih sedikit kepedulian terhadap sampah. Pak Benny mengatakan penduduk Indonesia menghasilkan kurang lebih 7 ton setiap tahun dan hanya kurang dari 10% yang dapat didaur ulang. Oleh karena itu, Pak Benny bersemangat untuk menularkan prinsip 3R, yaitu Reduce, Reuse, and Recycle, supaya sampah dapat dikelola dengan baik, khususnya sampah plastik sekali pakai seperti botol minuman. Lebih lanjut Pak Benny mengatakan bahwa tidak mudah meminta produsen atau pihak lain (industri, supermarket, toko) untuk mengurangi plastik karena bagaimanapun plastik diperlukan untuk mengemas makanan, membungkus barang, memudahkan pengiriman, dan sebagainya. Lebih mudah jika konsumen yang mengurangi penggunaan plastik (reduce), misalnya menggunakan botol minum yang bisa diisi ulang dan dicuci, atau dengan menggunakan kembali (reuse), contohnya menggunakan tas belanja kain daripada tas kresek, lalu memisahkan sampah plastik supaya bisa didaur ulang (recycle).
Pak Benny juga menjelaskan tujuan dari Yayasan VEL, yaitu untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sampah baik sampah plastik maupun sampah lainnya dan memberikan solusi melalui pendidikan lewat aplikasi digital (SampApp). Menurut Pak Benny, edukasi sampah melalui aplikasi digital lebih efektif dan efisien karena semua orang memiliki mobile phone, dan aplikasi bisa diakses dari manapun dan kapanpun. Di acara tersebut, Pak Benny mengundang Bapak Alex, pemilik usaha daur ulang plastik, yang mengatakan bahwa masih banyak peluang untuk berbisnis sampah. Sampah plastik mempunyai nilai ekonomis dan bisa menghasilkan profit jika didaur ulang. Selain itu, Olivia, salah satu peserta pertukaran pelajar dari Austria, berbagi pengalaman mengenai pemilahan sampah di negaranya. Olivia menjelaskan memang memilah sampah sedikit repot, karena harus memasukkan sampah ke tempat sampah sesuai jenisnya, meliputi sampah organik, kertas, logam, botol, plastik, dan daur ulang. Tetapi, karena masyarakat di sana sadar dengan dampak sampah pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, maka mereka terbiasa melakukan pemilahan sampah sedari awal (dari rumah).
Para peserta yang mayoritas mahasiswa terlihat antusias dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Apalagi, Pak Benny menyediakan hadiah kaos bagi mahasiswa yang bertanya. Di acara ini, Pak Benny dan staf Yayasan VEL meminta mahasiswa untuk meng-install SampApp, aplikasi digital terkait pengelolaan sampah, khususnya mengenai 3R. Lina, salah satu staf Yayasan VEL, menjelaskan bahwa terdapat beberapa kuis dan game menarik di aplikasi tersebut. Lalu, jika pengguna SampApp sudah menyelesaikan game sampai level tertentu, ada hadiah menarik yang disediakan, yaitu voucher Grab.
Acara diakhiri dengan foto bersama dan mengambil video dengan menyerukan yel-yel untuk membuat Indonesia bersih dan berseri. Wah, menarik sekali acara hari ini. Apa yang disampaikan oleh Bule Sampah sangat memotivasi peserta workshop untuk mengurangi sampah plastik dengan melakukan 3R. Jika orang bule saja peduli dengan kebersihan di Indonesia, maka sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia juga melakukan hal yang sama. Mari mulai dari diri kita sendiri, awali dengan aksi kecil, dan lakukan mulai dari sekarang. (pl, edited by ed)